Qineos Academy – Dunia keamanan siber kembali diguncang oleh lonjakan serangan terhadap perangkat Android. Dalam paruh pertama tahun ini, tercatat lebih dari 22,8 juta serangan menyasar smartphone, meningkat 29% dibanding semester awal 2024 dan 48% dibanding semester akhir 2024.

Ancaman Utama yang Mewabah

Berbagai jenis malware baru bermunculan, menyusup lewat aplikasi yang diunduh di luar toko resmi. Beberapa ancaman paling berbahaya:

  • SparkCat & SparkKitty: Menyusup lewat aplikasi dewasa, mampu melancarkan serangan DDoS dan mencuri data pribadi.
  • Triada & Dwphon: Malware bawaan yang tertanam sejak proses produksi smartphone, sulit dihapus bahkan dengan reset pabrik.
  • VPN Palsu: Menyamar sebagai pelindung privasi, justru menyadap kode OTP dan pesan pribadi, lalu mengirimkannya ke penyerang via bot Telegram.
  • Fakemoney: Aplikasi penipuan yang menjanjikan hadiah uang, tapi ujungnya mencuri data dan dana pengguna.

Aplikasi Dewasa Jadi Sarang Trojan

Laporan Kaspersky mengungkap bahwa aplikasi dewasa kini menjadi ladang subur bagi malware. Beberapa di antaranya:

  • Menjalankan serangan DDoS terkoordinasi.
  • Mencuri data perangkat dan pesan pribadi.
  • Mengakses notifikasi untuk menyadap kode OTP.

Serangan Global: Dari Turki ke Brasil

Serangan siber juga menunjukkan pola regional:

Negara Jenis Serangan Modus Operandi
Turki Trojan Coper Menyamar sebagai aplikasi perbankan resmi
India Trojan Dropper Disamarkan sebagai aplikasi hadiah
Uzbekistan Fakeapp.hy & Piom.bkzj Aplikasi pencari kerja palsu
Brasil Pylcasa Menyusup ke Google Play, arahkan ke situs kasino ilegal

️ Imbauan Keamanan

Anton Kivva dari Kaspersky menyarankan pengguna untuk:

  • Hindari sideloading aplikasi dari toko tidak resmi.
  • Gunakan VPN terpercaya, bukan versi gratisan yang tidak jelas asal-usulnya.
  • Periksa izin aplikasi, terutama yang meminta akses ke notifikasi dan SMS.
  • Update sistem operasi dan antivirus secara berkala.

Jika kamu ingin saya ubah artikel ini jadi infografik, skrip video CapCut, atau utas Twitter edukatif, tinggal bilang saja. Kita bisa kemas ini jadi konten yang menggugah kesadaran publik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

15 − ten =